Iman seorang pembantu Kristen di Pakistan.

Kisah nyata.
Diterjemahkan dari:
The Voice of the Martyrs
20090308_1064
Parveen M. seorang pembantu rumah tangga berusia 23 tahun, ia bekerja di sebuah keluarga Muslim. Dengan gaji 17 USD sebulan ia boleh menopang keuangan keluargannya. Bapa dan abangnya yang berpenghasilan tidak menentu. Pakistan adalah satu dari beberapa negara Islam dimana orang Kristen diperlakukan sangat buruk, mereka sangat miskin secara jasmani dan material.

Setiap minggu Parveen berkunjung ke gereja dan aktif di paduan suara. Malamnya ia membaca Alkitab di rumah dengan keluarganya. Pada suatu hari Sabtu mulailah pengalaman pahit yang panjang menimpa dirinya, Fatima nyonyanya berkata, ”Besok kamu tidak libur. Datang kerja. Beberapa tamu akan datang besok ke sini.” ”Besok adalah hari Minggu, nyonya, dan itu adalah hari libur saya”, jawab Parveen lembut. Apa yang khusus pada hari Minggu? Mengapa kamu tidak bisa datang kerja pada hari Minggu?, nyonyanya bertanya. “Kami kegereja setiap hari Minggu,” kata Parveen.

Sejak Saptu ini keluarga Fatima merencanakan penganiayaan kepada Perveen. Esoknya Perveen sebagaimana biasanya setiap Minggu, ia saat itu sedang bersiap-siap untuk pergi kegereja. Nyonya memanggil dia untuk datang kerumahnya dan bertanya ada apa. Fatima meminta ia membersihkan rumah. ”Saya sedang bersiapa-siap untuk berangkat ke gereja, saya telat nyonya.” jawab Parveen.
Maka keluarlah apa alasan sebenarnya Fatima memanggil pemudi ini: ”Mengapa mengikuti Yeshua Ha Mashiah dan memanggil Dia Anak Elohim? Mengapa pergi ke gereja? Tidak benar bahwa Yeshua adalah Anak Elohim. Nabi suci kami Muhammad adalah yang terakhir dan nabi yang dicintai Allah.”
Parveen menjawab dengan singkat: ”Tetapi adalah benar bahwa Yeshua Ha Mashiah adalah Yahweh kami. Saya mengasihi Dia dan ingin melayani Dia.”
Maka meledaklah kemarahan Fatima, ia berteriak: ”Kalian orang Kristen adalah manusia golongan kelas ketiga. .(dan kata-kata kutukan lainnya keluar)..:” [Begitulah orang Kristen dipandang oleh orang Muslim di Pakitstan].

Di depan rumah nyonya ini, Parveen dipukuli, ditendang dan dikutuki. Tidak cukup di situ Fatima menarik Parveen kedalam rumahnya. Ia memerintahkan kedua anak perempuannya dan suaminya, Muhammad Tariq, membantu dirinya untuk memukuli gadis malang ini. Seperti kesurupan keempat orang ini memukuli dan berteriak-teriak: “Berhenti berkata, bahwa Yeshua Ha Mashiah adalah Yahweh-mu. Tariq berkata sambil memukul: “Akui Islam, katakan dua kalimat Sahadat kami.” ”Tidak, saya tidak bisa lakukan”, jawab Parveen.
Kemudian Fatima berkata, ”Kamu hanyalah seorang pembersih rumah. Jika kamu mau menerima Islam, kami akan menghadiahkan kamu 100 ribu rupii. Kamu bisa gunakan untuk keluargamu.” Melihat keatas, kewajah nyonyanya, Parveen berkata: ”Meskipun kalian menawarkan kepadaku 10 juta, saya tidak akan menjadi orang Muslim.”
Mereka mengancam dia dan berkata: ”Jika kamu tidak mengakui agama kami, kami akan memukuli kamu, kami akan tuduh kamu mencuri uang kami dan menghina nabi Muhammad.” Setelah tiga jam Perveen ’dihakimi’, dengan luka-luka di seluruh tubuhnya ia disekap di sebuah kamar.

Malamnya Muhammad Tariq dan putranya membuka gembok kamar di mana Parveen terkurung. Tariq dengan memeras kuat-kuat tangan Parveen ia berkata: ”Apa keputusanmu? Menerima agama kami atau tidak?”
Dengan penolakan yang tegas ia berkata: “Tidak, saya tidak bisa menerima agama Islam.” Dua malam ia hanya diberi roti dan sedikit sayur, tanpa air.

Orang tua Parveen, Majeed dan Nasreen, mencari putri mereka. Namun mereka diusir oleh keluarga Tariq dengan perkataan bohong: ”Kami ada beberapa tamu dan Parveen sedang bekerja. Besok ia pulang kerumah.”

Hari Senin pukul 6 malam orang tuanya datang lagi kali ini bersama dengan beberapa orang seiman untuk menjemput putri mereka. Dan mereka berhasil.

Parveen bercerita tentang hari-hari penyiksaannya di rumah tuannya itu: “Pemukulan mereka begitu buruk, tapi saya tidak nangis sedikitpun, sebab saya ingin menunjukkan kepada mereka bahwa saya bahagia bersama Yeshua saya. … Saya berbahagia menderita sebagai saksi dari Ha Mashiah Yeshua. Saya bangga atas Dia. Saya berdoa dan bernyanyi Mazmur 23 di dalam hati saya: ”YAHWEH adalah gembalaku… aku tidak takut bahaya,”

Berkat bantuan doa dan dana para saudara seiman di seluruh dunia Parveen sekarang bisa bebas dan mandiri dengan hadiah mesin jahit yang ia dapatkan. Dan ia juga mengajari wanita-wanita lainnya untuk belajar menjahit.
”Sekarang saya bebas dari ketakutan dera, ancaman dan penghinaan, di rumah saya bekerja, berdoa dan melayani YAHWEH … kapanpun saya mau. Haleluyah!”, ia berkata dengan suka cita.

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Mashiah? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Elohim, yang ada dalam Ha Mashiah Yeshua, Yahweh kita. (Rom 8:35-39 )

Berdoalah dan ingatlah saudara-saudarimu yang tertindas oleh karena nama-Nya. Mereka memerlukan bantuan Kita.

 

Hak cipta dari artikel ini dimiliki oleh penjalabaja.wordpress.com. Artikel ini boleh diperbanyak dengan syarat alamat blog disertakan dengan lengkap dan bukan untuk tujuan komersial. Persiapkan Jalan Bagi Raja

Cara YAHWEH menjawab doa umat-Nya

Ada seorang tentara Amerika yang melayani YAHWEH berdiri di pinggir jalan untuk mencari tumpangan ke kota Chicago di Illinois. Sebenarnya perbuatan “hitchiking” ini melanggar hukum dan sangat berbahaya, tetapi tidak ada
alternatif lain bagi tentara ini kecuali melakukan hal itu.

Tiba-tiba sebuah limousine (mobil Cadillac panjang yang pintunya di tiap sisi ada empat buah itu) warna hitam menghampiri tentara itu dan memberikan tumpangan. Tentara dan pemilik limousine tersebut saling berkenalan (siapa
namanya, asalnya dari mana, kerja di mana, dsb) dan tiba-tiba Roh Kudus membisikkan dalam hati tentara ini untuk membagikan berita mengenai keselamatan di alam Kristus kepada pemilik limousine ini.

Tentara itu menolak bisikan Roh tersebut, karena pikirnya, masakan saya habis melanggar hukum tiba-tiba memberitakan Ha Mashiah, dan terlebih lagi karena tentara ini TAKUT dipukuli pemilik limousine ini dan diturunkan di tengah jalan.

Tapi bisikan Roh Kudus tersebut sedemikian kuat sehingga tentara ini tidak tahan lagi dan berkata kepada pemilik limousine ini, “Pak… boleh nggak saya menanyakan masalah pribadi?”
“Oh, boleh saja,” jawab Bapak ini, “Pertanyaan apa?” “Kalau misalnya Bapak meninggal dunia besok pagi, Bapak kira-kira akan masuk surga atau masuk neraka?”
“Kamu tahu nggak?” jawab Bapak ini, “Sesaat sebelum saya memberimu tumpangan, saya juga tiba-tiba memikirkan hal itu, dan saya pikir kalau saya mati besok, saya akan masuk neraka.” “Bapak mau nggak saya beritahu caranya masuk surga?” tanya tentara ini.
“Oh, tentu saja mau,” jawab Bapak itu.

Tentara itu lalu mulai membagikan berita keselamatan mengenai Yeshua Ha Mashiah dan menantang Bapak ini untuk menerima Yeshua Ha Mashiah sebagai YAHWEH dan Juruselamat pribadinya. Bapak itu bersedia menerima Yeshua, dan ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan mengajak tentara itu membimbing dia berdoa untuk menerima Yeshua sebagai YAHWEH dan Juruselamatnya. Air mata meleleh di pipi Bapak ini.
Ia mengatakan, ” kamu tahu nggak? Malam ini kamu sudah melakukan hal yang sangat besar bagi hidup saya, saya nggak akan pernah melupakan apa yang kamu sudah lakukan bagi hidup saya Chicago, ketika tentara ini mohon diri (turun dari mobil), Bapak itu memberikan satu kartu nama sambil berkata, “Ketahuilah… hari ini anda sudah melakukan hal yang sangat penting dalam hidup saya. Kapan-kapan kalau main ke Chicago hubungilah saya di alamat ini.” dan tak lama kemudian mereka berpisah.

Waktu lima tahun sudah berlalu dan tentara ini kemudian kembali berkunjung ke kota Chicago, dan ia ingat akan kartu nama yang diberikan oleh Bapak pemilik limousine ini kepadanya. Tentara ini ingin tahu kabar mengenai
Bapak tersebut, dan ia datang ke alamat yang tertera di kartu nama tersebut, dan ia sampai ke sebuah gedung pencakar langit kantor pusat sebuah perusahaan raksasa di Amerika Serikat.

Ia memberikan kartu tersebut kepada satpam, dan satpam itu sangat terkejut dan bertanya, “Dari mana kamu dapatkan kartu ini?” Tentara itu menjawab, “Yang empunya kartu itu sendiri yang memberikannya kepada saya.” sehingga
satpam itu menjawab, “Kamu naik ke lantai paling atas, sampai sana belok kiri dan kamu tanya pada sekretaris yang ada di sana.” Tentara itu naik ke lantai paling atas dan memberikan kartu nama itu kepada sekretaris yang ada
di sana yang juga sangat terkejut, “Dari mana anda dapatkan kartu ini?”

Jawab tentara itu, “Wah… panjang ceritanya… tapi beliau sendiri yang memberikannya kepada saya.” “Bapak ini sekarang tidak ada di sini…apakah anda ingin bertemu dengan istrinya?” “Boleh”, jawab tentara itu, dan ia
dipertemukan dengan istri Bapak itu yang adalah Presiden Direktur dari perusahaan raksasa tersebut.

“Dari mana kamu peroleh kartu ini?” tanya ibu (istri) tersebut. Tentara itu menceriterakan ihwal pertemuannya dengan Bapak itu dan bagaimana Bapak itu menerima Yeshua sebagai penyelamatnya. Mendengar itu semua meledaklah tangis
Ibu tersebut. Ia menceriterakan bahwa tak lama sesudah menurunkan tentara itu, limousine tersebut memperoleh kecelakaan yang sangat fatal yang menewaskan Bapak tersebut. Ibu itu mengatakan bahwa bertahun-tahun ia berdoa supaya suaminya diselamatkan, dan ia mengira bahwa suaminya meninggal tanpa diselamatkan, sehingga ia begitu marah kepada YAHWEH dan meninggalkan gereja dan pelayanannya.

Apa yang dilakukan oleh tentara itu adalah hal yang paling penting yang pernah terjadi dalam hidup Bapak itu, tetapi hal yang tidak kalah penting lagi ialah CARA Elohim mengabulkan doa ibu itu.

Ibu itu sadar bahwa Elohim BEKERJA di dalam doa-doa yang disampaikannya TANPA memberitahu Ibu tersebut bahwa doanya TELAH DIKABULKAN YAHWEH.

Dari kisah ini kita bisa belajar:

HARUSKAH YAHWEH itu memberitahu kita apabila Ia bekerja dalam rangka mengabulkan doa-doa kita?
TIDAKKAH mata iman kita itu bisa melihat bahwa di balik doa yang SEPERTINYA tidak dikabulkan oleh YAHWEH itu, TERNYATA YAHWEH bekerja untuk mengabulkan doa-doa kita?
Sedemikian cepatnyakah kita MENUDUH bahwa YAHWEH itu tidak setia, YAHWEH itu berbohong, YAHWEH itu tidak menjawab doa-doa kita, dan YAHWEH itu tidak berkenan atas doa-doa kita?
HARUSKAH Elohim itu mengabulkan doa kita dengan cara yang SESUAI dengan cara yang kita sodorkan kepada YAHWEH?Apakah kita sudah sedemikian “dijangkiti” oleh “doa instan” yang “harus dikabulkan hari ini juga”, “harus dikabulkan tahun ini juga” dan lain sebagainya?

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Matius 7:7-11)

 

Hak cipta dari artikel ini dimiliki oleh penjalabaja.wordpress.com. Artikel ini boleh diperbanyak dengan syarat alamat blog disertakan dengan lengkap dan bukan untuk tujuan komersial. Persiapkan Jalan Bagi Raja

Rabbi L. Cohn, D.D. percaya Yeshua

Rabbi Leopold Cohn, D.D.
Lahir di kota kecil Bereza, disebelah selatan Hongaria. Dari keluarga Yudaism (berpegang kepada ajaran Musa dan Talmud). Pada suatu kali malapetaka besar menimpa mereka, kedua orang tuanya meninggal pada tahun yang sama. Dia tidak mengerti mengapa itu terjadi kepadanya mereka sekalipun ia percaya kepada Elohim dengan segenap hatinya.
Pada usia delapan belas ia lulus dari akademi Talmud dengan mendapat bea siswa dan rekomendasi sebagai guru hukum Taurat yang layak.

Tahun ketahun ia berdoa dan menyelidiki di dalam pengharapan menemukan pemecahan masalah kehidupan bangsanya sambil menunggu penebusan melalui datangannya Ha Mashiah.  Orang Yudasim percaya bahwa Yeshua / Yahshua / Yesus belum datang. Bagian dari saat teduh paginya ialah pengulangan 12 tulisan kalimat Ibrani, yang menyatakan:

“Saya percaya dengan sebuah iman yang sempurna pada datangnya Ha Mashiah, meskipun Ia berlambat-lambat, namun akan saya tunggu hari kehari untuk kedatangan-Nya.”

Waktu kedatangan Ha Mashiah

Mengapa Ha Mashiah berlambat-lambat? Kapan Dia akan datang?” Pertanyaan seperti ini terus menggangu pikiran rabbi muda ini. Suatu hari ketia ia menyelidiki buku Talmud, ia menemukan suatu kalimat,

”Dunia akan ada 6000 tahun. Akan ada 2000 tahun kebingungan, 2000 tahun di bawah Taurat, dan 2000 tahun masa Ha Mashiah.”

Dengan gairah baru ia membuka rulisan-tulisan Rashi (Rabbi solomon ben Isaak, 1040-1105) menemukan: ”Setelah 2000 tahun, Ha Mashiah akan datang dan kerajaan-kerajaan yang jahat akan ada dihancurkan.” Setelah ia selesai degan buku yang berat ini pemecahan dari masalahnya nampak kepadanya lebih susah dari sebelumnya.
”Dapatkah itu mungkin,” ia bertanya kepada dirinya sendiri, ”bahwa waktu penentuan Elohim untuk kedatangan Ha Mashiah sudah lewat dan janji sudah tidak terpenuhi?”
Rabbi Cohen berkeputusan untuk meyeldiki nubuatan nabi-nabi, namun tindakannya ini memberi ia ketakutan, sebab menurut ajaran rabbi-rabbi Yudaism mengatakan, ”Terkutuklah tulang-tulang dia yang menghitung–hitung waktu akhir jaman.” Dan dengan tangan-tangan gemetar, berpikir setiap saat untuk ada dipukul oleh halilintar dari langit, namun dengan hasrat yang tidak terbendung, akhirnya ia membuka buku nabi Daniel dan mulai membaca.

Ketika ia sampai pada bab 9, terang mulai turun keatasnya. Dari ayat 24, ia dapatkan bahwa kedatangan Ha Mashiah  haruslah ada 400 tahun setelah Daneil menerima pesan nubuatan Tujuh puluh Minggu.

[Daniel 9:24 Tujuh puluh kali tujuh masa telah ditetapkan atas bangsamu dan atas kotamu yang kudus, untuk melenyapkan kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan kesalahan, untuk mendatangkan keadilan yang kekal, untuk menggenapkan penglihatan dan nabi, dan untuk mengurapi yang maha kudus.]

Ia mulai mempertanyakan keakuratan Talmud. Hal ini menyusahkan hatinya sebagai Rabbi dan pemimpin masyarakat Yahudi, namun ia dihadapkan suatu pertanyaan, ”Akankah saya percaya Firman Elohim, atau harus menutup mata saya kepada kebenaran?” Sejak penemuan yang besar ini, doa yang lebih sering ia ucapkan adalah:

”Engkau membuka mataku, O YAHWEH, sehingga aku boleh terpesona kepada perkara-perkara di dalam Taurat-Mu.”

Pada suatu perayaan Hanukkah, ia harus berkotbat. Tanpa ia sadari apa yang ada di dalam lubuk hatinya keluar pada kotbatnya. Pendengar pada gelisah, mereka saling berbisik… dan akhirnya menjadi suatu protes. Ia berhenti dari kotbatnya yang belum selesai itu. Pelayanannya berantakan. Dan ia memutuskan untuk ke negara Amerika Serikat.

Negara Bebas
Maret 1892, Rabbi Cohn disambut baik oleh bangsa senegaranya, Rabbi Kline dari Synagog Orang Hongaria. Bahkan ia diperbolehkan melayani. Pada suatu hari Sabtu, segera setelah ia tiba, Rabbi Cohn sebagaimana kebiasaanya pada hari Sabat sore, berjalan kaki sambil merenungkan isi kitab suci. Pada Jalan Ghetto , ia melihat pengumuman yang baginya sangat aneh: sebuah gereja dengan undangan tertulis dalam bahasa Ibrani “Pertemuan untuk orang-orang Yahudi.”

[Setan tidak tinggal diam, tentunya] Sementara ia berdiri di depan gereja tersebut, seorang Yahudi memegang tanganya berkata dengan suara ketakutan, “Rabbi Chon, lebih baik pergi dari tempat ini.” Dikatakan kepadanya, “Ada orang-orang Yahudi murtad di gereja itu dan mereka mengajar bahwa Messias sudah datang.”

Ia sebenarnya sudah ingin pergi, namun ketika ia mendengar kalimat terakhir “Messias sudah datang” membuat denyut jantung bertambah, itu mengingatkan ia akan penemuannya pada kitab Daniel di Hongaria. [Sering ketika Setan semakin berusaha menjegal orang mengenal Elohim, hasilnya semakin membuat Setan gigit jari]. Setelah pasti tidak ada orang yang melihat dia, ia cepat-cepat masuk kedalam gereja tersebut, dan diundang untuk kerumahnya.

Hari Seninnya ia mengunjungi kantor gereja tersebut. Ia disambut oleh seorang Yahudi seperti dia, telah dilatih di dalam kepercayaan Talmud. Mengalami keramah tamahan keluarga ini, tanpa ia sadari, ia menemukan dirinya menemukan teman baru dari perjalanannya pencarian Ha Mashiah.

Buku Ha Mashiah
Akhir dari kunjungannya ini, hamba YAHWEH ini memberikan kepada rabbi ini Alkitab Terjemahan Baru berbahasa Ibrani, sambil meminta dia untuk mempelajarinya. Rabbi Cohn membuka kitab ini pada halaman pertama, dimana matanya tertuju pada barisan-barisan pertama dari Injil Matius: Inilah adalah buku silsilah Yeshua Ha Mashiah, anak Daud, anak Abraham. (Mat 1:1 ITB)
Kalimat ini nampak baginya sebagai akhir dari pencariannya yang panjang tentang Messias. Penderitaan-penderitaannya yang ia telah terima; perpisahan dari istri dan anak-anaknya, doa-doa yang meletihkan telah menghasilkan buahnya.

Setelah pamitan dengan tuan rumah dari hamba YAHWEH ini, Rabbi Cohn lari kerumahnya secepat ia bisa dan mengunci pintu kamarnya. Kemudian pada buku diarinya ia mencatat moment itu sebagai berikut:

”Saya mulai membaca pada pukul 11 pagi dan berlanjut sampai pulul satu pagi. Saya tidak dapat mengerti seluruh isi dari kitab itu, tetapi saya dapat sedikitnya melihat bahwa nama Mashiah adalah Yeshua, ia lahir di Betlehem Yehuda, bahwa Ia telah hidup di Yerusalem dan berkomunikasi dengan orang sebangsaku, dan bahwa Ia telah datang seperti waktu yang telah diperkirakan di dalam nubuatan Daniel. Suka citaku tidak terbatas!”

Keterkejutan pertamanya yang sangat buruk terjadi esok paginya, ketika ia menceritakan penemuannya kepad Rabbi Kline, yang telah menawarkan jasa baik kepadanya. Kamu adalah seorang pemimpi yang liar, teriak rekan rabbinya. ”Ha Mashiah yang kamu telah temukan adalah tidak lain dari Yesus orang-orang yang tidak mengenal YAHWEH (Gentiles)”. Kitabnya diambil oleh rekannya dengan kasar dari tangannya, setelah kata-kata kasar keluar dibuangnya kitab Perjanjian Baru itu dan diinjak oleh rekannya. Sekali lagi pikiran dan emosi mengalami konflik. ”Dapatkah itu mungkin bahwa Yeshua Ha Mashiah, anak David, adalah Yesus yang disembah orang-orang yang tidak mengenal YAHWEH (Gentiles)?”

Suatu Ciptaan Baru
Pertanyaan-pertanyaan serius sekarang mengawasi dipermukaan:
”Apakah bisa jadi bahwa Yeshua dan Yesus adalah pribadi yang sama?
Bagaimana akan saya mengasihi ’sesorang yang dibenci’?
Bagaimana akan saya mengotori bibirku dengan nama Yesus, yang siapa pengikut-pengikut-Nya [pemerintah Roma dan Gereja Roma Katolik] sudah menyiksa dan membunuhi saudari-saudaraku melalui banyak generasi?
Bagaimana dapat saya bergabung dengan sebuah masyarakat dari orang-orang yang tidak bersahabat kepada mereka yang adalah dagingku dan darahku sendiri?”
Ini semua sungguh pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu, cukup untuk mencuri damai seseorang. Namun di dalam hatinya terusa ada suara kecil yang terus berbicara dan bekata, ”Jika Dia adalah Messias yang dinubuatkan di dalam Alkitab, maka dengan pasti kamu harus mengasihi Dia, dan tidak ada urusan dengan apa yang orang lain telah lakukan di dalam NAMA-Nya, kamu harus mengasihi Dia.”

Rabbi Cohn memutuskan untuk berpuasa dan berdoa sehubungan dengan dua opini di dalam kepalanya. Saat ia berdoa dan memohon petunjuk, Alkitab di tanganya terjatuh kelantai. Ia membungkukan badannya untuk mengambil kitabnya yang terbuka saat menyentuh lantai. Itu terbuka pada kitab Maleakhi pasal tiga, terbaca:

”Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Yahweh yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia sudah datang, firman YAHWEH semesta alam. (Maleakhi 3:1)

[Kata “sudah” tertulis sebagaimana artikel aslinya]. Ia merasakan Ha Mashiah sendiri menunjukan kepadanya kata-kata ”Dia sudah datang”. Keluarlah kata-kata doa dan penggangungan dari dalam batinnya.

”Tuan ku, Yeshua Ha Mashiah-ku, Engkau adalah Orang yang di muliakan Israel, dan Engkau adalah sesungguhnya Orang yang telah memperdamaikan umat-Mu kepada Elohim. Mulai hari ini saya akan melayani Engkau apapun harganya.”

Tidak lagi berkonsultasi dengang daging dan darah [atau dengan manusia], Cohn memulai memproklamirkan kepada semua teman-temannya dan yang menyertainya bahwa menolak Yesus sebagai Ha Mashiah sejati Israel, orang-orang Yahudi tidaklah mendapatkan damai dengan Elohim sampai mereka menerima Dia.
Reaksi pertama mereka menganggap ”Rabbi Chon mentalnya telah ngaco” karena lama berpisah dengan keluarganya. Namun karena ia bersikeras dengan pendapatnya ini, ia dianggap pengganggu dan mulai menganiaya dia dengan buruk bahkan beberapa berpikir untuk menyingkirkan dari dari orang-orang hidup.

Murtad!
Mereka mengirim surat keistinya di Hungaria sebagai orang murtad. Sebagai hasilnya pembicaraan suami istri ini terputus sema sekali. Komunitas Yahudi di New York semakin panas, dan tidak aman untuk Cohn, sekalipun hamba YAHWEH yang telah memberikan Perjanjian Baru kepadanya coba memberikan tempat berlindung itu tidak membantu banyak. Secara rahasia ia dikirim ke Scotlandia.
Di Edinburgh, mendekati hari-hari baptisannya kembali ia diperhadapkan kepada dua pilihan: secara rohani itu merupakan pengakuan imannya yang terbuka di dalam Ha Mashiah, lawannya, secara daging ia didalam bahaya kehilangan semua yang dikasihinya –istri, anak-anak, teman, posisi, keberadaan; dalam kenyataa, segala sesuatu.
Paginya pada hari pembaptisan, saat ia sampai di gereja, ia merasakan suatu kekuatan dan sukacita yang luar biasa. Dikemudian hari ia tahu, bahwa itu adalah hasil dari doa-doa teman-temannya.

Kembali ke USA
Pada musim gugur 1893, ia kembali ke New York, kali ini dengan keluarganya yang telah juga percaya bahwa Yesus adalah Ha Mashiah. Ia memulai pelayanannya Injilnya di Brownsville; tidak mudah – komunitas Yahudi tetap membencinya dan sementara gereja-gereja lambat di dalam membantu pelayanannya. Sewa gedung pertemuan, anak-anak yang harus sekolah merupakan hari-hari yang memilukan hati, tetapi Cohn terus berjalan dan mempercayakan dirinya dan keluarganya kepada Elohim, siapa yang telah memanggil dia keluar dari kegelapan kedalam terang-Nya yang indah.
Aniaya bagian dari kehidupannya, namun juga penghiburan cukup baginya, beberapa orang Yahudi dimenangkan bagi Yeshua. Tahun 1930 ketika serangan-serangan yang serius menimpa hidupnya, Wheaton College Illinois, sebuah institut pendidikan Kristen memberikan dia suatu gelar kehormatan Doctor of Divinity (DD).

Tentara Messias
Dr. Leopold Cohn meninggal dunia pada 19 Desember 1937. Pelayanan penguburannya di dilakukan pada Gereja Marcy Avenue Baptist Brooklyn, New York. Penguburannya menarik banyak pengunjung dari teman-teman dan orang-orang yang menghormatinya, baik dari kalangan Yahudi maupun pihak Kristiani.
Diterjemahakan dari Rabbi Leopold Cohn, D.D. ; Rabbis who believed in Jesus

 

Hak cipta dari artikel ini dimiliki oleh penjalabaja.wordpress.com. Artikel ini boleh diperbanyak dengan syarat alamat blog disertakan dengan lengkap dan bukan untuk tujuan komersial. Persiapkan Jalan Bagi Raja
  • Kalender

    • Maret 2009
      M S S R K J S
      1234567
      891011121314
      15161718192021
      22232425262728
      293031  
  • Cari